Powered by Blogger.

GA

Pages

  • Home
  • Let's Partner Up!



Di usia late 20's ini makin hari makin banyak pertanyaan mendasar yang kian jadi prioritas. Entah kenapa pertanyaan remeh nan sepele kian hari kian jadi momok yang membuat saya mempertanyakan hal-hal fundamental dalam hidup saya. Berlebihan kah?

Kalau sekadar pertanyaan "kapan nikah?" dan "siapa pacar" sih sudah kebal di telinga saya. Karena menurut saya jawabannya enggak ada di tangan saya, seberapa keraspun saya berusaha. Tapi, ketika pertanyaan mengenai karier atau "sibuk apa?" justru sering menjadi bahan renungan saya.

Sempat membantu mengadakan media gathering untuk Halal Guys Indonesia! So fun!

Sekitar akhir April lalu saya memutuskan untuk keluar dari kantor saya. dan memutuskan untuk menjadi full time freelancer social media specialist. And to be honest, it was fun. Saya mendapatkan kesempatan bekerja di luar keseharian saya. Saya mendapatkan kesempatan membantu peluncuran sebuah restoran di Jakarta, saya juga sempat membantu mengelola social media sebuah brand fashion Indonesia, dan juga beberapa kali berksempatan menulis pengalaman travelling saya di sebuah majalah. Dan tanpa adanya ikatan waktu saya jadi bebas jalan-jalan. It was fun and it was great.

Sampai akhirnya saya berada di titik, "mau sampai kapan?"
Salah satu teman saya sempat memberi warning tentang kehidupan freelancer. 

"Git, gue kasih tau ya, jadi freelancer itu enggak seenak kedengerannya. Gue sendiri ngalaminnya sendiri, empat tahun jadi freelancer di Bandung dan kalau dibandingin dengan kehidupan gue sekarang ya jelas lebih enak. Walaupun terikat kontrak dan aturan tapi setidaknya seluruh aspek kehidupan lo di perhatiin sama perusahaan. Lagi pula, mau sampai kapan? Sekarang mungkin lo bisa banyak job dan projek, tapi saat lo udah lebih tua lagi, akan lebih banyak lagi anak-anak socmed yang lebih muda yang mungkin bisa dengan harga yang lebih murah dan dengan kapabilitas yang lebih dari lo. Jadi freelancer, enggak ada promosi dan naik jabatan, yang nentuin berkembang atau enggaknya diri lo sendiri"

Three months ago, his advice is triggering me to do freelance as soon as possible. I mean, your works will be known as yourself not your company. You are you own boss. Tapi ternyata, its hard to be a boss and staff at the same time. Especially when its finally hits financially. 

Sejujurnya semua pekerjaan freelance yang saya lakukan untungnya memberikan benefit yang sepadan. Bahkan dihitung-hitung kadang jumlahnya bisa lebih dari yang saya terima perbulan. Tapi, ketika saya mulai sakit, saya yang harus mulai mengurus semua keperluan dokternya sendiri. Dan ketika musim liburan tiba, saya enggak terima Tunjangan Hari Raya. Sepele, tapi karena dua hal ini saya mempertanyakan kembali kesiapan saya dalam menjadi freelancer. "Is this really for me?"

Pertanyaan tersebut membuat saya mempertanyakan, apa sih yang saya inginkan dalam hidup. Dan dari teman yang sama, saya ingat nasihatnya "coba deh lo gambarin rencana hidup lo selama 1 tahun ke depan. Buat goal-goal apa aja yang mau lo coba achieve selama satu tahun ke depan. Dan, coba capai itu di tiap harinya."

Again, when i heard this stupid advice (who turns out to be right) i feel i am not that kind of person. "Ya ampun, gue kan anaknya Carpe Diem (#anakgals #pameranfotoGFJA) banget. Masak iya gue butuh bikin-bikin gituan." Dan di masa-masa senggang, waktu liburan ke kampung halaman, saya mulai memprojeksikan diri saya. "Mau apa sih Gita?"

First, i am not seeing myself as oneself in one year. I want to see myself further than that. I want to see, who i am and what i want to become. 27 is quite late for this kind of realization, but i need this wake up call. Dan dalam imaji itu, saya masih melihat diri saya berdiri di dekat kaca jendela di sebuah perusahaan dan menjadi pemimpin rapat (you know, the kind of picture you see in thinkstock or gettyimages when you try put a keywords "successful woman"). Dari situ saya sadar, i am belong to the office. 

there she is, looking inspiring and successful


Lalu tahap kedua, karier apa yang ingin saya capai di dunia kerja? Well, since i was really drown deeply in digital content creator/editor/specialist i think its way more easier and make sense for me to find my "new home" to increase that kind of knowledge.

Dan, saya merasa saya tidak ingin pekerjaan baru menjadi terminal sementara, saya ingin karier di rumah baru. Saya ikut membangun rumah tersebut, bukan hanya duduk menunggu di terminal sampai akhirnya tawaran yang lebih baik datang. Dari premise itu, dari dasar pemikiran itu, saya butuh mengadaptasi mind set dan attitude baru ke dalam diri saya.

Saya perlu berubah.

Di awal tahun, saya dan teman saya sempat berkumpul di sebuah resto di bilangan Gading Serpong. Salah satu teman saya yang memang "terkenal" memiliki "six sense" mencoba membaca tanga saya (okay, i dont believe in this bullshit either, but what he about to say to me is make sense to my current mental state of mind). "Garis tangan lo itu garis tangannya orang yang berpetualang banget Git. Lo ngerasa enggak pernah bisa settle dengan apapun yang lo punya. Dan ini bukan hanya di karier tapi juga percintaan. Kalaupun lo ingin berubah, itu butuh perubahan yang besar. Dan itu semua tergantung  dari diri lo."

Di luar hasil ramalan absurd yang meragukan tersebut, saya juga ingat sebuah ayat yang mengatakan "Tidak akan Allah mengubah nasib suatu kaum jika tidak kaum itu sendiri apa yang ada di diri mereka." 

Dan sejak satu tahun yang lalu, saya tahu apa yang perlu saya lakukan, tapi selalu saya ragu untuk lakukan. I know who i am and i know what cost it will affect me, towards my attitude and my style. Semakin hari, saya menemukan semakin sedikit alasan untuk tidak melakukannya. Dan, sepenuhnya hal ini hanya bisa dilakukan jika memang datang dari diri saya, keluarga saya sudah mencoba untuk melakukannya selama beberapa tahun terakhir, and it never feels so right. Until, it is right!



Di hari pertama saya kembali bekerja, saya memutuskan mengadaptasi semangat baru dan mencoba mengontrol diri saya dengan mengenakan hijab. Saya sadar bagi banyak orang, keputusan hijab bukanlah keputusan besar. Tapi, ini besar, untuk saya. Saya ingin, ketika saya berhijab, bukanlah keputusan sesaat yang bisa saya anggap sepele. Semua hal yang tidak saya sukai dari stereotype perempuan berhijab. Contohnya, saya rasa pemikiran saya akan tetap berada di jalur liberal. Hijab saya tidak akan menutup rasa skeptis saya terhadap apapun. 

It purely because this is what i believe and this is the change that i need. 

With this post, i dont need, some kind of "applause" or "affirmation" from you (because i know, my closest friend will read this anyway, and i know it dearly, some of them will not fully support it. And i am fine with that. Because two years ago, i will not support this kind of chage as well). I just feel this is the right way to do it, and hopefully this post will help you understand why i am doing this (setidaknya menjawab pertanyaan "kenapa" saat saya ketemu teman-teman lagi).


And, for a guy who has gave an advance advice since four or three months ago but it still not stopping me to quit from my job, and  i can sense you feel ignored and annoyed by that. You know i will not say it to your face. And with this post i want to admit, "YOU ARE RIGHT!"
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments

Mungkin banyak yang tidak tahu kalau Sumatera Barat memiliki pemandangan alam yang indah. Area pegunungan dan bukit yang indah, kepulauan di Pesisir Selatan Painan yang menawan, dan beragam danau yang memukau mulai dari Singkarak sampai Solok. Dan libur lebaran kemarin saya berkesempatan mengunjungi beberapa tempat di Sumatera Barat yang menurut saya bisa memuaskan para pencari "likes" di Instagram.

1. Pantai Carocok - Pesisir Selatan Painan
Pantai Carocok ini biasanya memiliki beragam aktivitas seperti banana boat atau sekarang bermain di pantai saat liburan

Di pesisir selatan dari Sumatera Barat terdapat garis pantai yang indah. Dari sini pula Anda mendapatkan akses untuk menyebrang ke pulau-pulau yang ada di Sumatera Barat mulai dari pulau Cibudak, pulau Siberut, pulau Sikuai, pulau Mentawai, dan masih banyak lagi lainnya.
Untuk mengunjungi pesisir Selatan ini butuh waktu kurang lebih 2 jam perjalanan dari bandara Minangkabau. Itupun karena supir yang kami sewa membawa mobilnya cukup ngebut dan jalanan masih kosong, jadi jika Anda berencana menyewa mobil sendiri di waktu liburan mungkin siapkan waktu 4-5 jam. Itu baru sampai ke daerah Pesisir Selatan, untuk berkunjung ke daerah kepulauan Anda masih butuh beberapa jam lagi dengan kapal kayu.
bukit Langkisau memperlihatkan pemandangan pantai pesisir Selatan

Tapi jarak tempuh dan kendaraan tiap pulau berbeda-beda. Seperti Pulau Cingkuak yang lokasinya hanya 200 meter dari pantai Carock dan bisa dikunjungi dengan menyebrangi jembatan. Tapi jika Anda ingin mengunjungi tempat yang jauh lebih indah seperti pulau Mentawai, pastikan Anda menyediakan waktu satu hari karena waktu penyebrangan dari pesisir selatan menuju pulau mentawai bisa memakan waktu 7 jam dengan menggunakan kapal besar. Yap, pulau itu cukup jauh!
Sedangkan bukit Mandeh memiliki pemandangan kepulauan yang ada di sebrang pulau Sumatera Barat
Tapi, jika Anda seperti saya, yang tidak terlalu punya banyak waktu tapi tetap ingin menikmati suasana pantai dan kepulauan Anda bisa mengunjungi Pantai Carocok. Di atas pantai Carocok ada bukit Langkisau dimana Anda bisa mendapatkan pemandangan pantai yang cantik. Saya juga sempat mengunjungi bukit Mandeh yang jaraknya sekitar 40 menit dari bukit Langkisau. Dari bukit ini lebih jelas lagi pemandangan kepulauan yang ada di sebrang pulau Sumatera Barat.
Hampir sama dengan tempat wisata kebanyakan, daerah ini memiliki tukang parkir gaib yang tiba-tiba muncul dan hanya mau dibayar Rp 5.000/ mobil.

2. Ngalau Indah - Payakumbuh
Mungkin bagi beberapa orang Ngalau Indah biasa saja, bahkan di daerah lain banyak yang memiliki tempat wisata serupa. Ngalau Indah sebenarnya adalah sebuah goa yang berada di Payakumbuh. Karena letaknya sedikit di atas perbukit membuat area luar dari tempat ini memiliki pemandangan yang luar biasa cantik.
Foto saya di atas pohon, mama memang tukang foto yang jago!

Sebelum sampai di area parkir, terdapat sebuah pohon yang di pasang papan pijak untuk pengunjung menikmati pemandangan jalan raya Bukittinggi - Payakumbuh dari atas. Tidak seperti jalan raya di Jakarta, di sini jalan rayanya dipadati oleh bukit, pegunungan, dan area pesawahan yang asri. Jadi, benar-benar sebuah rekreasi mata.
sempat merinding sih waktu ambil foto ini. Takut handphone saya jatuh! hehe.

Untuk naik ke pohon ini, tiap orang harus membayar Rp 5.000 setiap 10 menit dan maksimal hanya tiga orang yang boleh ada di atas pohon. Dan jujur saja, waktu saya dan adik saya berada di atas sudah cukup bikin deg-degan karena papannya seperti bedenyit-denyit. Mungkin karena saya dan adik saya gerombolan si berat kali ya!


Tapi selain pohon di Ngalau, area wisata utama dari Ngalau Indah adalah area goa alam yang legendaris. Saya kurang paham legenda apa yang ada di balik goa ini, tapi saya akui tempat ini cukup menarik untuk dikunjungi. Terutama bagi And ayang ingin punya foto ala-ala tomb raider. Hehe. Tiket masuk ke goa berkisan Rp 5.000 / orang. Karena saya datang saat bulan puasa jadi tempat ini cukup sepi dan menyenangkan untuk foto-foto. Tapi, kalau sudah masuk waktu liburan, sepertinya tempat ini bisa sangat sesak. Sepertinya bukan tempat yang asyik jika dikunjungi ramai-ramai orang!


3. Lembah Harau - Payakumbuh
suka sekali dengan sangkar-sangkaran ini

Rugi besar jika Anda telah sampai ke Payakumbuh tapi tidak ke Lembah Harau. Karena bagi saya, pemandangan yang ada di lembah ini memiliki keunikan tersendiri. Sesaat saya masuk ke area Harau saya merasa berada di dalam area Jurrasic World dimana hewan-hewan purbakala tinggal dan berkembang biak di sini. Ada kesan tua yang menakjubkan di tiap sudut lembah yang membuat saya tidak berhenti berdecak kagum.

Salah satu atraksi utama dari Lembah Harau adalah air terjunnya. Pilihan pemandangan di Lembah Harau saat Anda masuk ada dua tempat yaitu di sebelah kiri dan sebelah kanan. Dan rekomendasi saya untuk Anda yang mengincar tempat untuk foto-foto cantik ada di sebelah kiri saat pintu masuk. Karena saya datang bukan untuk main apalagi mandi di air terjun, dan air terjun di sebelah kiri jauh lebih bersih untuk foto-foto. Selain itu, di sebelah kiri juga ada semacam camp alam dimana ada tempat penyewaan kuda dan tempat foto dari akar-akar pohon yang menurut saya sangat instagramable. Di sebelah kanan juga ada tempat serupa, air terjun, tempat foto, dan bahkan tempat untuk bermain sampan. Tapi, karena saya datang ketika mulai memasuki waktu lebaran, kecantikan yang ada di area sebelah kanan terasa lebih sumpek dan sesak ketimbang sebelah kiri.


Satu hal yang saya sadari selama perjalanan di Lembah Harau ini adalah banyaknya perumahan ataupun resort untik yang ditawarkan. Mungkin jika Anda berminat untuk bermalam di sini, Anda bisa mencari tempat tinggal yang paling unik. Mulai dari yang berbentuk rumah gadang sampai dengan berdesain eco.  Dan untuk masuk ke daerah ini dikenakan biaya Rp 5.000 / orang.

4. Nagari Tuo, Desa Terindah - Pariangan
Sejujurnya saya enggak terlalu paham kenapa temapt ini bisa-bisanya menang sebagai desa terindah nomor lima di dunia versi TravelBudget.com. Entah karena ada rasa egois semata tapi saya merasa kampung halaman saya di Koto Laweh tidak kalah cantik dari Nagari Tuo Pariangan.

Jika dilihat dengan mata kepala sendiri, desa ini sebenarnya hampir mirip dengan desa-desa di kebanyakan tempat di daerah perbukitan Sumatera Barat. Tapi setelah saya baca kembali alasan TravelBudget memilih tempat ini adalah karena bangunan rumah yang ada di tempat ini masih dijaga dari ratusan tahun silam. Hal ini terlihat dari banyaknya bagunan rumah bertanduk yang mendominasi di rumah warganya. Dan, hal itu yang saya rasa hilang dari kampung saya.
Selain itu, Nagari Tuo juga diyakini sebagai tempat pertama suku Minang hadir dan menyebar di seluruh Sumatera Barat (yap, just because you lived in Sumatera Barat doesnt makes you a part of Minang tribe). Di sini juga terdapat beberapa peninggalan sejarah yang teramat tua dari era megalitikum. Hal ini dipercaya sebagai penanda desa Pariangan telah ada dari era tersebut.

Jika Anda mau mendaki sedikit lebih dke atas tangga yang telah disediakan, Anda bisa mendapat tempat foto tang cukup mumpuni untuk dipajang di social media Anda. Pemandangan gunung merapi dan bangunan desa dengan atap bertanduk bisa Anda dapatkan di sini.

5. Danau Ateh Danau Bawah - Solok
Sumatera Barat mungkin salah satu daerah di Indonesia dengan populasi danau yang cukup banyak mulai dari Danau Singkarak, Danau Maninjau, dan kini saya berkesempatan untuk mengunjungi Danau Atas dan Danau Bawah di Solok.
Cuacanya cukup membingungkan waktu saya ke sini, kadang berawan kadang cerah
 Jarak Solok dari tempat tinggal saya sekitar dua setengah jam. Sangat jauh tapi dipastikan jalannya sudah sangat bagus. Slok sendiri memiliki iklim yang serupa dengan kampung saya, relatif dingin dengan pemandangan gunung dan sawah sejauh mata memandang. Kalau di kampung saya lebih dekat ke Danau Maninjau, di Solok mereka memiliki danau kembar yang mereka bernama Danau Ateh dan Danah Bawah. Hal ini tidak masuk akal bagi saya karena dari apa yang saya lihat dari mata keduanya memiliki ketinggian yang sama. Tapi setelah saya cari tahu lewat Google (thank's God!) ternyata dua danau kembar ini berada di atas bukit yang berbeda dengan perbedaan ketinggian hampir 1 kilometer lebih. Wow!
pemandangan danau di atas dari dalam mobil
Bunga dan bakso, masuk akal kan? 

Untuk bisa melihat kedua danau yang bagi saya hasil dari fenomena alam yang mengagumkan ini kita harus mencari posisi terbaik. Supir saya memiliki rekomendasi puncak bukit yang bisa melihat kedua danau dengan leluasa. Walaupun tidak terlalu terlihat di foto tapi tempat ini sangat menyegarkan mata. Dan seperti biasa, untuk memasuki area ini tiap pengunjung dikenakan tiket Rp 5.000/ orang.
Di area puncak bukit ini juga terdapat banyak penjual tanaman, saya dan ibu saya membeli banyak bunga untuk di rumah kami. Harganya tidak terlalu mahal, dengan Rp 100.000 ibu saya bisa mendapatkan 8 jenis tanaman.

Selain ke lima tempat ini saya juga mengunjungi beberapa tempat yang umum saat berwisata ke Sumatera Barat seperti Jam Gadang, Great Wall Ngarai Sianok, Kelok 9, dan beberapa tempat lainnya. Tapi, saya merasa di tempat lima ini tempat dengan harga terjangkau dan hasil foto maksimal. Jadi, apa tempat favorit Anda saat di Sumatera Barat?

Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
Newer Posts
Older Posts

Gita Adinda

Gita Adinda
Freelance writer full time day dreamer. Passionate story teller and traveler. Very critical about politic and music. Love sleeping and good food. True Cancer Signs.

About Me

Gita Adinda
View my complete profile

Blog Archive

  • ►  2020 (1)
    • ►  December (1)
  • ►  2019 (2)
    • ►  July (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2018 (1)
    • ►  December (1)
  • ▼  2017 (27)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ▼  July (2)
      • Kenapa?
      • 5 Tempat Wisata Instagramable di Sumatera Barat
    • ►  June (3)
    • ►  April (5)
    • ►  March (4)
    • ►  February (4)
    • ►  January (7)
  • ►  2016 (3)
    • ►  August (1)
    • ►  April (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2015 (1)
    • ►  November (1)
  • ►  2014 (2)
    • ►  August (2)

Follow Me at




Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates